Bertajuk ‘Altruis/URUB’ yang terinspirasi dari pepatah Jawa ‘Urip iku urub’ hidup itu menyala mewakili makna terdalam dari kehidupan yang altruis: hidup yang menghidupi orang lain, hidup yang berani memberi tanpa pamrih. Menjadi inti kolaborasi LAKON Indonesia dan desainer asal Prancis Victor Clavelly bersama seniman CGI Héloïse Bouchot dalam perhelatan JF3 Fashion Festival ke-21 di Sumarecon Mal Serpong, Tangerang, Banten (30-07-2035).
“URUB adalah nyala besar yang kami harap dapat menerangi. Setiap helai adalah hasil dari perjalanan panjang penuh pemikiran, dedikasi, dan cinta. Di dalamnya, ada kisah para pengrajin batik dengan pengorbanan dan seni mereka yang tak terukur nilainya. Altruis/Urub adalah refleksi cinta kepada Nusantara, sebuah dedikasi yang lahir dari semangat semesta. Kami mungkin belum bisa menjadi seperti seorang ibu, tetapi melalui kolaborasi dengan para pengrajin, kami ingin menyalakan cahaya bagi ekosistem budaya kain tradisional di Indonesia. Kami juga berharap generasi muda bisa menjadi lebih kuat, kritis, dan lebih solutions. Dunia membutuhkan mereka yang mampu memberi cahaya di tengah gelapnya zaman,” ujar Pendiri LAKON Indonesia Thresia Mareta.
LAKON yang sarat dengan misi pelestarian budaya Indonesia melalui pendekatan desain dengan sentuhan modern menorehkan rona lokal mendalam pada koleksi URUB. Berkolaborasi dengan para pengrajin Indonesia menghasilkan karya yang kompletatif dan sarat dengan nilai tradisi sekaligus kemanusiaan.
“Bekerja sama dengan LAKON memberi saya wawasan baru akan kekayaan budaya tekstil Indonesia. Saya mencoba menginterpretasikan makna URUB ke dalam desain, namun tetap menghormati asal-usulnya dan relevan di ranah global,” ujar Viktor yang begitu kagum akan filosofi kain dan busana Indonesia. Ia sebelumnya telah bekerja dengan figur-figur besar seperti Rick Owens, Katy Perry, FKA Twigs, hingga Beyoncé.
Viktor sendiri menghadirkan 21 busana di panggung JF3 Fashion Festival dengan tema ‘Les Fragments’ yang sebelumnya telah diluncurkan di Paris dalam peragaan busana Men’s Fashion Week. Suasana futuristik bak film fiksi ilmiah sangat terasa, para tamu dibawa masuk ke dalam dunia pasca-antroposen, saat tubuh bersifat hibrida, disusun kembali, berevolusi, dan eksis di antara yang organik maupun buatan. Ia memang dikenal sebagai desainer yang visioner dengan karya-karya yang unik dan berani. Dengan paduan berbagai teknik, koleksi busana Viktor termasuk rumit dan kompleks. Ia mengawali dalam bentuk sketsa tangan, lalu mengubahnya dalam model 2D dan 3D dengan bantuan komputer.
“Saya terbiasa membangun semesta yang memadukan siluet pahatan, cetak 3D, dan penceritaan melalui busana. Karya saya mengeksplorasi tema anatomi, identitas, dan ingatan yang terfragmentasi, dan saya bersemangat untuk membuka dialog ini dengan masyarakat di Jakarta. Siluetnya menampilkan denim yang direkonstruksi dengan rantai besi modular dicetak dalam 3D. Pakaian yang rumit secara teknis ini dibuat di studio saya yang berada di Paris,” ungkap pria lulusan Ecole Duperré Paris dan pernah bekerja di Haider Ackermann ini dengan nada antusias.
Peleburan dua visi kreatif, lokal dan mancanegara ini menghadirkan nuansa baru dalam dunia mode di Indonesia dan menjadi langkah strategis untuk menambah bobot internasional dalam pergelaran lokal. Memberikan nyala api yang terus membakar semangat, agar kehidupan para pelaku ekosistem budaya dan industri kreatif Indonesia mode tetap eksis dan maju, meskipun dihadang situasi dunia yang tidak menentu. (Elly S | Foto: Dok. JF3 Fashion Festival)