Parade show JF3 Fashion Festival pada hari ketiga menghadirkan peserta dan Alumni Program PINTU Incubator berkolaborasi dengan student Ecole Duperré. Setiap desainer akan membawakan koleksinya masing-masing di La Piazza Fashion Tent, Summarecon Mall Kelapa Gading. Salah satunya, Rizkya Batik dengan bangga mempersembahkan MIMO, koleksi terbaru yang dirancang khusus untuk perempuan aktif, terutama para ibu menyusui. MIMO sendiri bermakna panggilan seorang ibu dari anak tercinta.
“Terinspirasi dari kekuatan dan kelembutan perempuan, MIMO menggabungkan keindahan batik tradisional dengan potongan modern yang fungsional dan elegan. MIMO adalah refleksi dari keinginan perempuan untuk tetap tampil stylish tanpa mengesampingkan peran penting mereka,” ungkap Designer and Marketing Communications Rizkya Batik Widya Chandra.
Koleksi ini menggunakan bahan batik tulis hasil pengrajin batik Solo yang berkualitas tinggi dengan sentuhan warna indigo alam dan hijau kuning yang menenangkan, serta fitur busui friendly seperti bukaan tersembunyi. Rizkya Batik mengundang semua perempuan untuk merayakan babak baru dalam hidup mereka, dengan mengenakan busana yang mengakar pada budaya, namun melangkah ke masa depan.
Widya melanjutkan, “Ada enam koleksi yang ditampilkan malam ini. Memakai motif batik komtemporer pengembangan dari motif dasar buketan. Batik yang dipakai dikoleksi MIMO adalah batik tulis, kolaborasi Rizkya dengan pengrajin Solo, Jawa Tengah.” Batik tulis ini menggunakan pewarnaan alami dari tumbuhan-tumbuhan seperti warna biru dari indigo, coklat dari tanah, dan kuning dari tumbuhan buah jolawe dengan bahan katun.
“Rizkya Batik berdiri sejak tahun 2010. Berawal dari minimnya brand batik dengan kualitas bagus dan model fashion yang terkini di Solo. Namun, kebutuhan masyarakat akan baju batik yang memiliki kualitas bagus dan tetap fashionable sangat tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar untuk mendirikan Rizkya Batik dengan berbekal kemampuan sang founder di bidang produksi fashion serta pengetahuan batik yang diturunkan dari keluarga,” ujar Direktur Operasional Rizkya Batik Novana Sandra.
Rizkya Batik hadir tidak hanya sebagai usaha yang menyediakan pakaian, tetapi juga turut serta melestarikan budaya batik Nusantara sebagai ciri khas bangsa. Untuk mengajak masyarakat memakai batik bukan hanya untuk paksaan, tetapi untuk kebutuhan fashion yang diminati setiap saat.
Novana melanjutkan, “Saat ini 90% tenaga kerja batik Rizkya adalah kaum Hawa. Kami bekerjasama dengan ibu rumah tangga dan penyandang disabilitas di sekitar wilayah Solo yang membantu kami menghasilkan produk berkualitas. Rizkya Batik memastikan para penyandang disabilitas ini bekerja dengan produktivitas yang sama dengan pekerja normal. Kami juga telah melakukan upaya untuk ikut menjaga kelestariannya. Misalnya, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan bahan pewarna batik yang ramah lingkungan.”
Dalam menjalankan bisnisnya, Rizkya Batik juga bekerjasama dengan pengrajin batik dari daerah di Indonesia. “Kami percaya, bahwa bekerja sama akan membuat merek berjalan lebih cepat dan bertahan lebih lama. Bahan yang kami gunakanan dalam produksi adalah hasil kerjasama antara Rizkya Batik dengan pergrajin Indonesia mulai dari bahan katun, viscose, ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin dan masih banyak lainnya lagi,” tutup Novana. (Red. Elmediora | Foto: Dok. Rizkya Batik)